Resensi Buku Kisah-Kisah dari Bawah Laut Negeri Bahari
Judul buku : Kisah-Kisah dari Bawah Laut
Negeri Bahari
Penulis : Adelia Abidah dkk
Penerbit : LSS-Reboeng
Ukuran buku : 18,5cm x 22,5cm
Halaman : ii 129 Halaman
ISBN : 978-602-60093-9-5
Tahun terbit : 2020
Harga Buku :
Rp180.000
Saya pertama kali tau buku ini dari whataspp
story seorang teman dan seketika itu saya
langsung tertarik dengan judul bukunya. Tanpa
pikir panjang saya pun ikut Pre Order. Alasanya sederhana, saya selalu excited
ketika mendengar atau membaca hal-hal tentang laut. Sebagai orang yang
lahir dan tinggal di wilayah pegunungan, cerita kehidupan tentang warga pesisir
beserta mata pencaharianya merupakan hal yang menarik perhatian saya. Terlebih lagi, saat ini saya mempunyai anak batita yang
perlu saya bacakan buku dengan tema yang variatif.
Seperti yang ditulis oleh Ketua LSS Reboeng, Nana E.
Nusyirwan, bahwasanya sedikit sekali buku yang mengisahkan tentang kehidupan
bahari, padahal negara kita 2/3 wilayahnya adalah lautan. Maka buku ini hadir
sebagai oase dan juga salah satu referensi
buku anak tentang dunia laut di Indonesia.
Buku ini memuat
30 cerita yang ditulis oleh 30 anak pesisir yang
tersebar di Indonesia,.
Rata-rata anak yang menulis berusia 8 sampai 12 tahun dan mereka masih duduk di
bangku Sekolah Dasar (SD). Cerita yang diangkat sangat beragam. Menurut saya ada tiga kategori
cerita di buku ini. Pertama, cerita
fabel dimana yang menjadi tokoh-tokohnya adalah hewan laut seperti lumba-lumba, paus, gurita, hiu, bintang laut dan lain sebagainya.
Kedua ,menceritakan
tentang kehidupan sebagai anak pesisir. Ketiga, pengalaman
anak-anak ketika mereka mengunjungi pantai.
Cerita pertama diawali dengan tulisan yang apik dengan judul ‘Penghuni Laut Melawan Corona’.
Sang penulis, Adelia Abidah, mampu menceritakan wabah yang sedang kita lawan
saat ini dengan imajinasi
yang unik, tentang
wabah Corona (Covid-19)
yang ternyata tidak hanya menyebar di seluruh
penduduk darat, tetapi juga telah menyebar ke
seluruh penjuru laut. Sang Raja Duyung,
membuat kebijakan-kebijakan baru terkait dengan banyaknya ikan-ikan yang mati
karena terserang virus Corona. Seluruh penghuni laut diwajibkan memakai masker,
menjaga jarak, mencuci tangan
dan mematuhi protokol
kesehatan. Amira dan Aira si Lionfish,
Adelia si angelfish dan Aido si
ikan badut tidak bisa sekolah karena sekolah ditutup untuk sementara waktu dan
disuruh belajar di rumah melalui internet. Mereka sedih karena tidak bisa
bertemu dengan teman-temanya.
Setelah ditelusuri, ternyata wabah Corona berasal dari
sampah-sampah yang dibuang oleh manusia ke laut. Lautan menjadi tercemar dan
menyebabkan datangnya berbagai penyakit, salah satunya adalah Corona. Kesal
akan perilaku manusia yang telah mencemari lautan, Adelia, salah satu putri
duyung meminta izin kepada Sang Raja Duyung untuk menghukum manusia dengan cara
melawan mereka. Pada hari yang telah ditentukan, pertarungan sengitpun terjadi
antara Ariela dan manusia yang membawa tumpukan sampah. Pertarungan dimenangkan
oleh Ariela. Laut menjadi bersih kembali,
wilayah yang tadinya zona merah telah berubah menjadi zona hijau dan ikan-ikan
sudah bisa sekolah lagi. .
Cerita ini sangat relevan dengan keadaan kita sekarang. Menurut
saya, anak-anak merasakan dampak yang cukup besar karena wabah ini, khususnya
anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Mereka harus beradaptasi dengan kondisi
dan waktu bermain dengan teman-temanya menjadi berkurang drastis. Penulis
disini merepresentasikan keresahan dan kegelisahan yang dialami oleh anak-anak.
Salah satunya adalah mereka ingin segera kembali bersekolah dan bertemu dengan
teman-temanya. Tulisan
ini bisa menjadi referensi orangtua untuk menceritakan wabah corona dari sudut
pandang lain.
Cerita lain yang tak kalah imajinatif adalah ‘Bintang Laut
dan Bintang Langit’ yang ditulis oleh Cherry Nafiza Hamam. Bercerita tentang persahabatan
sekelompok hewan-hewan dasar laut. Mereka adalah Bila si Bintang laut, Kulu
si kuda laut, Rara si kerang mutiara,
dan Kiting si kepiting. Kulut mengatakan pada Bila bahwasanya ada benda langit
yang mirip dengan dirinya. Kulut mengetahui hal tersebut karena mendengar dari
ikan yang berhasil melarikan diri saat mereka tertangkap nelayan pada malam
hari.
Bila pun sangat penasaran dengan benda tersebut, apakah
benar yang dikatakan Kulut bahwa ada benda yang mirip dirinya. Ternyata tak
hanya Bila yang penasaran, teman-temanya pun begitu. Kemudian Kulut mempunyai
ide untuk bersama-sama ke permukaan laut
untuk melihat bintang di langit. Mereka pun setuju. Sesuai dengan rencana,
mereka membiarkan diri mereka terjaring oleh nelayan. Beruntung, mereka
dibiarkan oleh nelayan karena nelayan hanya mengambil ikan-ikan yang besar.
Disitulah, diatas perahu, mereka berempat bisa melihat bintang langit yang
bersinar, bintang-bintang itu bercahaya, mereka terpukau dan takjub akan
keindahnya. Sama seperti Bila, bintang itu berkaki lima dan sangat cantik.
Setelah puas melihat bintang langit, Kitingpun melakukan aksinya,
memotong jaring nelayan untuk melarikan diri, kemudian mereka berempat
menyeburkan diri ke dalam laut bersama-sama.
Menurut saya, penulis mempunyai imajinasi yang tinggi,
bagaimana ia berhasil memberikan jalan keluar yang sangat logis. Kerjasama dan
saling percaya menjadi kunci utama dalam cerita ini. Disadari atau tidak, hal
terpenting dari tulisan ini adalah mengajak kita, khususnya orang dewasa untuk
keluar dari comfort zone agar bisa
melihat dunia yang lebih luas meski harus melewati berbagai rintangan.
Rasa empati dan simpati anak-anak terhadap kondisi
kebersihan laut dan pantai mereka tuangkan dalam cerita-cerita dalam buku ini. Tulisan
dengan judul ‘Ikan-Ikan dan Sampah Laut’ contohnya, menceritakan bagaimana
perut ikan-ikan terlillit sampah dan mereka berjuang untuk melepaskan lilitan
tersebut. Kondisi yang memang nyata terjadi saat ini, banyak ditemukan ikan,
kura-kura dan hewan laut lainya yang terlilit sampah masker, bahkan tidak
sedikit pula yang mati karena makan sampah plastik. Nalar kritis anak disini
sudah terbangun dengan sangat baik.
Ada pula tulisan Valentina Jeanne d’arc Sirken, ‘Pantaiku
yang Malang’. Ia merasa sedih ketika melihat orang-orang membuang sampah di
pantai. Ia kemudian memungut sampah-sampah tersebut untuk dijadikan mainan. Tak hanya itu,
ia berharap kelak ia mampu menciptakan alat pembersih laut untuk mengatasi
permasalahan sampah yang ada. Sang penulis,
adalah modal besar bagi bangsa, generasi yang punya rasa simpati tinggi dan juga
problem solver.
Banyak informasi yang disampaikan dalam buku ini, seperti
budidaya kerang hijau, perjalanan menuju palung mariana dan kehidupan sehari-hari
anak pesisir. Saya pribadi jadi tahu tentang morea laut, laksan dan kemplang
yang belum pernah saya dengar dan saya makan sebelumnya.
Buku ini bisa dibaca oleh seluruh kalangan, sangat
direkomendasikan untuk anak-anak, orangtua, dan pendidik, karena cerita-cerita
yang terkandung di dalamnya sangat mudah untuk dipahami. Cerita dalam buku ini
mampu menumbuhkan karakter anak yang berani, peduli dengan lingkungan, membantu
orang tua, dan selalu besyukur. Harga yang dibanderol juga berbanding lurus
dengan kualitas buku, ilustrasi-ilustrasi di dalamnya sangat menarik dan eye catching, ditambah lagi bukunya yang
colourfull membuat siapapun yang membaca
menjadi lebih bersemangat khususnya anak-anak. Buku ini juga hard cover dan kertas didalamnya cukup
tebal jadi tidak mudah sobek. Worth it to buy.
Akan tetapi ada beberapa tulisan yang ceritanya hampir
sama dengan latar tempat yang sama pula. Ada juga ilustrasi yang kurang nyambung
dengan cerita, contohnya adalah ilustrasi tulisan dengan judul ‘Anak Laut’, dimana
seakan-akan ada seorang Ibu yang sedang marah dengan anaknya, tetapi di dalam
cerita, Sang Ibu hanya mengatakan kepada anaknya untuk melepaskan ikan-ikan
kecil tangkapanya ke laut agar mereka tumbuh besar. Tidak ada kemarahan sama
sekali, begitu yang saya tangkap. Satu hal lagi, tidak ada sinopsis di belakang
buku. Namun terlepas dari semua itu, saya sangat mengapresiasi buku ini, karya
yang sangat luar biasa.
Hal pertama yang terlintas di kepala setelah membaca buku
ini adalah ingin segera pergi ke pantai, mengajak anak bermain pasir,
mengumpulkan cankang kerang, melihat dari dekat bintang laut dan bulu babi,
makan ikan bakar dan minum es degan sembari melihat ombak yang
bergulung-gulung. Semoga pandemi segera berakhir.
Komentar
Posting Komentar